F azis cahyono teknk mesin unnes: Macam macam cacat struktur pada material

Total Tayangan Halaman


Breaking News

Live Chat

Selasa, 15 Desember 2015

Macam macam cacat struktur pada material

 “ANALISA CACAT STRUKTUR PADA MATERIAL”


 Disusun oleh:
Nama :         Azis Cahyono
Nim   :         5201415024
Prodi :         PTM
Dosen         :         Dr.Heri Yudiono S.Pd.,M.T


JURUSAN TEKNIK MESIN
UNNIVERSITAS NEGERI SEMARANG
(2015)
KATA PENGANTAR

Assalamualaikum Wr Wb
Dengan menyebut nama Allah SWT yang telah melimpahkan rahmat, hidayah serta nikmat-Nya. Hingga pada akhirnya saya dapat menyusun tugas mata kuliah Bahan teknik dengan judul  “ANALISA CACAT STRUKTUR PADA MATERIAL”. Penyusunan tugas ini didasarkan pada jurnal dan beberapa materi yang telah saya pelajari di buku maupun internet. Diharapkan analisa perlakuan panas ini dapat bermanfaat bagi para pembacanya , amin.
Ucapan terimakasih kepada Pak Heri Yudiono sebagai dosen pengampu yang telah memberikan pengetahuan akan mata kuliah Bahan teknik dan juga bimbingannya. Terima kasih juga kepada teman-teman fakultas teknik yang menjadi motivator sehingga saya dapat menyelesaikan tugas bahan tehnik ini . Kritik dan saran saya harapkan untuk artikel ini sebagai landasan saya untuk lebih baik kedepanya.
Bilahitaufik walhidayat wassalamualaikum Wr Wb






                                                                                    Semarang,3Desember 2015


(Azis cahyono)
                                DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL….…………..……………………………………………..…....i

KATA PENGANTAR..................................................................................................ii

DAFTAR ISI ...............................................................................................................iii

BAB I PENDAHULUAN …………………………………..…………………….......1

A.Latar Belakang ..............................................................................................1

B.Perumusan Masalah ......................................................................................1

C.Tujuan ...........................................................................................................2

D.Manfaat…….……..……………………………………….…….….....……2

BAB II PEMBAHASAN …………………..……………………….…..……….……3

Pengertian……..………………………………….………………………...…3

Tujuan……..…………………………………………………………...….....12

Manfaat……….....………………………………………………………...…13

Proses……………..………………………………………………………….13

BAB V I PENUTUP…………………...…………………………………………… 16

1.Kesimpulan ..................................................................................................16

DAFTAR PUSTAKA……………………………..…………………………………17






BAB1
PENDAHULUAN

A.   Latar Belakang Masalah
Dalam dunia teknik mesin , kita sering memakai bahan bahan material untuk membuat suatu komponen mesin. Tetapi apakah terfikirkan bahwa dalam pembuatan suatu komponen yg baik memerlukan suatu ketepatan dalam pemilihan bahan material. Di teknik mesin ada beberapa cara untuk memilih material tersebut. Salahsatunya dengan menganalisa cacat pada material tersebut. Dalam teknik mesin terdapat beberapa jenis cacat Kristal pada susunan atom dalam Kristal. Kita perlu ketahui bahwa kehadiran cacat Kristal yang sedikit memiliki pengaruh yang sangat besar dalam menentukan sifat suatu bahan dan pengaturan cacat sangat penting dalam pemrosesan bahan.
Contoh relevansi cacat Kristal dalam kehidupan pada umumnya dan dalam bahan pada khususnya yaitu, ketika kita membeli cincin berlian, sebenarnya kita membayar untuk tipe cacat pada Kristal pada cincin berlian tersebut. Pembuatan device semikonduktor tidak hanya membutuhkan Silikon murni tetapi juga meliputi cacat Kristal tertentu pada sample. Menempa suatu logam akan menghasilkan cacat pada logam tersebut dan meningkatkan kekuatan dan kelenturan logam. sifat-sifat tersebut dicapai tanpa mengubah komposisi penyusun bahan tetapi hanya manipulasi cacat Kristal.
Berikut ini merupakan jenis-jenis cacat Kristal

B.   Perumusan masalah

Sesuai dengan judul dan latarbelakang diatas , maka masalah yang ada dalam topik ini adalah:
1.      Apa itu cacat struktur material?
2.      Apa tujuan dari proses analisa cacat struktur material?
3.      Apa manfa’at dari proses analisa cacat material?
4.      Bagaimanakah prosedur dari analisa cacat material?





C.   Tujuan

Tujuan penulisan makalah ini adalah sebagai berikut :

1.      Dapat Mengetahui apa itu cacat struktur material.
2.      Dapat Mengetahui tujuan dari proses analisa cacat struktur material.
3.      Dapat Mengetahui Manfa’at dari proses analisa cacat struktur material.
4.      Dapat mengetahui prosedur dari analisa cacat material.

D.   Manfaat
Memberi pengetahuan dan referensi lebih terahadap pembaca tentang cacat material , tujuan proses analisa cacat struktur material, manfaat analisa cacat struktur material dan mengetahui bagaimanakah analisa cacat material dilakukan.












BAB III
PEMBAHASAN
A.   PENGERTIAN
1.      Material
Dalam pengertian secara fisika material adalah segala sesuatu yang mempunyai massa dan menempati ruangan. Sedangkan dalam dunia teknik mesin Material Teknik adalah segala bahan yang digunakan dalam bidang keteknikan(kerekayasaan) untuk membuat suatu produk dalam bidang teknik mesin.
           Material tersusun dari berbagai jenis dan komponen, jenis material sendiri mempunyai banyak variasi seperti ferro, non ferro,komposit, polimer dan lainya. Sedangkan komponen komponen penyusun material adalah dari kumpulan atom-atom yang menjadi satu. Dalam dunia teknik mesin kita mengenal adanya strutur mikro , berikut adalah macam struktur mikro dalam suatu komponen material. Berikut penjelasanya :
a.       Atom
Merupakan suatu unsur terkecil dari material yang tidak dapat dibagi lagi dengan reaksi kimia biasa.
b.      Sel Satuan
Merupakan susunan dari beberapa atom yang teratur dan mempunyai pola yang berulang. Sel satuan terdiri dari kubus (BCC, FCC, dan HCP), hexagonal, tetragonal, triklin, monoklin, dan sebagainya. Adapun sel satuan yang berbentuk kubus antara lain :
1.      BCC (Body Centered Cubic)
Adanya pemusatan satu atom di tengah-tengah kubus.
Jumlah atom (n) = (1/8) x 8 + 1 = 2
4R = a√3
a = (4/√3) R
2.      FCC (Face Centered Cubic)
Adanya pemusatan satu atom di setiap sisi kubus.
Jumlah atom (n) = 1/8 x (8) + ½ x (6) = 4
4R = a√2
a = 4/√2 x R
3.      HCP (Hexagonal Closed Package)
Jumlah atom (n) = (3×1) + (12 x 1/6) + (2 x ½) = 6
Tinggi = 1,633 a
Luas alas = 6 x luas segitiga
= 6 x (1/2 a x a sin 60)
= 3a2 sin 60
Volume sel satuan = a x t
= 3a2 sin 60 x 1,633 a
= 4,24 a3                         ; a = 2 R
= 4,24 (2R)3
= 33,94 R3
c.    Butir
Merupakan kumpulan dari sel satuan yang memiliki arah dan orientasi sama dalam 2 dimensi.
d.       Kristal
Merupakan kumpulan dari sel satuan yang memiliki arah dan orientasi sama dalam 3 dimensi.
Dalam suatu material yang terdapat di teknik mesin, pasti dan sering ditemui beberapa keadaan cacat di material tersebut, meski bahan tersebut terasa sangat halus akan tetapi jika tidak hanya kita amati dengan kasat mata maka benda tersebut akan terlihat ada beberapa bagian yang cacat di dalam partikelnya. Biasanya atom adalah hal yang sering kita abaikan namun justru pada bagian tersebut sering terjadi cacat material. Berikut adalah macam cacat material :

Cacat pada kristal
Cacat dapat terjadi karena adanya solidifikasi (pendinginan) ataupun akibat dari luar. Cacat paling sederhana adalah kehilangan atom pada posisi tertentu dalam kristal (vacancy) yang sering disebut cacat Schottky. Cacat kristal yang terjadi dalam suatu bahan padat dapat mempengaruhi sifat fisis tertentu seperti sifat mekanik atau sifat listrik. Cara memodelkan cacat ini adalah dengan menganggap terjadi perpindahan suatu atom (atau molekul) dari suatu titik dalam kristal ke permukaan.
Perubahan ini adalah endoterm (tidak disukai) tetap diimbangi oleh penaikan entropi akibat peningkatan ketakteraturan kristal. Kita gunakan anggapan (1) energi yang diperlukan untuk memindahkan atom dari kisi ke permukaan adalah “v dan (2) kekosongan yang ada amatlah jarang sehingga proses ini dianggap “independen”. Dengan asumsi ini, dapat dituliskan :






Dengan n adalah jumlah kekosongan, dan faktor kombinatorial adalah jumlah cara mendistribusikan kekosongan dalam kristal. Keadaan setimbang adalah keadaan dengan nilai A(n) minimum, yaitu :

Dimana kita mengabaikan nilai n dibandingkan dengan N. Cacat yang lain yang dikenal adalah acat Frenkel, dimana kekosongan diimbangi dengan interstisi di tempat lain. Anggap energi yang dibutuhkan untuk memindahkan atom dari kisi ke interstisi adalah “I , N adalah jumlah titik dalam kisi dan N0 adalah jumlah titik yang mungkin disisipi.



Dengan cara yang sama (meminimalkan A), kita peroleh:

Secara umum, entropi dapat dituliskan sebagai S = k ln (N; V;E), dengan  adalah jumlah susunan yang mungkin dari suatu sistem.
Angka kesetimbangan vakansi, Nv untuk material tertentu tergantung atas kenaikan temperatur sesuai dengan persamaan:
 
dimana N = jumlah total sisi
Qv = energi yang diperlukan untuk membentuk vakansi
T = emperature mutlak, K
k = konstanta Boltzmqan = 1,38 x 10-23 J/atom-K = 8,62 x 10-5 eV/atom-K
            Adapun macam cacat Kristal ialah :

Cacat Titik
Cacat titik yaitu adanya atom yang hilang atau terdapat sisipan atom asing dalam kisi. Cacat titik ini terdiri dari :

1.       Kekosongan
Di alam ini tidak terdapat Kristal yang sempurna dengan susunan atom yang teratur. Selalu terdapat cacat dalam suatu Kristal, dan yang paling sering dijumpai adalah cacat titik. Hal ini terutama ketika temperature Kristal cukup tinggi dimana atom-atom bergetar dengan frekuensi tertentu dan secara acak dapat meninggalkan kisi, lokasi kisi yang ditinggalkan disebut vacancy atau kekosongan. Dalam kebanyakan kasus difusi atau transportasi massa oleh gerak atom juga dapat disebabkan oleh kekosongan.
Semakin tinggi suhu, maka semakin banyak atom yang dapat meninggalkan posisi kesetimbangannya dan jika semakin banyak atom yang dapat meninggalkan posisi kesetimbanganya maka semakin banyak pula kekosongan yang dapat dijumpai pada Kristal. Banyaknya kekosongan yang terjadi Nv meningkat dengan meningkatnya suhu Kristal dan banyaknya kekosongan ini dapat diperoleh dengan persamaan berikut (distribusi Boltzman):

[ Rj=Ro exp(-Em/kT) ]

         Dalam persamaan ini, N adalah banyaknya atom dalam Kristal, Qv adalah energy yang dibutuhkan untuk membentuk vacancy atau kekosongan, T adalah suhu kristal dalam Kelvin, dan k adalah konstanta Boltzman yang bernilai 1.38 x 10-23J/atom-K, atau 8.62 x 10-5 eV/atom-K bergantung pada satuan Qv. Dengan menggunakan persamaan tersebut kita dapat mengestimasi bahwa pada suhu kamar terdapat satu kekosongan dalam 1015 kisi Kristal dan pada suhu tinggi atau suhu mendekati titik leleh zat padat terdapat satu kekosongan dalam 10000 atom.
Pada Kristal,atom membutuhkan energy untuk bergerak ke posisi kekosongan (misalnya energi termal) untuk lepas dari tetangga-tetangganya. Energi tersebut disebut energy aktivasi kekosongan, Em. Energi termal rata-rata atom biasanya lebih kecil dari energy aktivasi E dan fluktuasi energy yang besar  dibutuhkan untuk loncat. Peluang untuk fluktuasi atau frekuensi loncatan atom Rj, tergantung secara eksponensial terhadap suhu dan dapat digambarkan oleh persamaan yang ditemukan kimiawan Swedia Arrhenius:
Dimana R0 adalah frekuensi percobaan yang sebanding dengan frekuensi getaran atom

            Ini adalah gambar atom yang telah berpindah dari titik kesetimbangan sehingga mengsasilkan kekosongan dalam suatu material. Atau Skema representasi kekosongan pada Kristal dalam 2 dimensi.



Skema representasi difusi atom dari posisi asalnya ke posisi kosong. Energy aktivasi E telah diberikan pada atom sehingga atom dapat memutuskan ikatan antar atom dan pindah ke posisi yang baru

2.       Subtitutional
Cacat ini terjadi karena adanya pergantian atom pada susunan atom . subtitusi menyebabkan strain di sekitar tempat yang diduduki dengan kata lain, cacat titik menyebabkan meningkatnya energi dalam material secara thermodinamik. Jika atom asing mengganti atau mensubtitusi matriks atom, maka disebut subtitusional impurity.

3.      Interstitial
Interstitial yaitu Penekanan atau penumpukan antara tempat kisi teratur. Jika atom interstitial adalah atom yang sejenis dengan atom-atom pada kisi maka disebut self interstitial. Terciptanya self-interstitial menyebabkan distorsi besar disekeliling kisi dan membutuhkan energy lebih dibandingkan dengan energy yang dibutuhkan untuk membuat vacancy atau kekosongan (Ei>Ev), dan dibawah kondisi kesetimbangan, self-interstitial hadir dengan konsentrasi lebih rendah dari kekosongan. Jika atom-atom interstitial adalah atom asing, biasanya lebih kecil ukurannya (karbon, nitrogen, hydrogen, oksigen) disebut interstitial impurities. Mereka memperkenalkan distorsi kecil pada kisi dan banyak terdapat pada material nyata.



Gambar disamping menunjukan skema representasi macam-macam cacat titik dalam Kristal (1) kekosongan, (2) self-interstitial, (3) Interstitial impurity, (4) (5) subtitutional impurities. Tanda panah menunjukan tekanan local yang dihasilkan oleh cacat titik.

4.      Cacat Schottky dan Cacat Frenkel

Dalam Kristal ionic (misalnya garam dapur- Na+Cl), ikatannya disebabkan oleh gaya Coulomb antara ion positif dan ion negatif. Cacat titik dalam Kristal ion adalah muatan itu sendiri. Gaya Coulomb sangat besar dan setiap muatan yang tidak seimbang memiliki kecenderungan yang kuat untuk menyeimbangkan diri. Untuk membuat muatan netral, beberapa cacat titik akan terbentuk. Cacat Frenkel adalah kekosongan pasangan ion dan cation interstitial. Atau kekosongan pasangan ion dan anion interstitial. Namun ukuran anion jauh lebih besar dari pada kation maka sangat sulit untuk membentuk anion interstitial. Cacat Schottky adalah kekosongan pasangan kation dan anion. Keduanya cacat Frenkel dan Schottky, pasangan cacat titik tetap berdekatan satu sama lain karena tarikan coulomb yang kuat antara muatan yang berlawanan.

Gambar disamping merupakan skema representasi dari (1) cacat Frenkel (kekosongan dan pasangan interstitial) dan cacat schottky (kekosongan pasangan kation dan anion) dalam Kristal ionic.
   CACAT  GARIS / LINE DEFECT  (DISLOCATION)

Dislokasi merupakan suatu pergeseran atau pegerakan atom – atom didalam sistem kristal logam akibat tegangan mekanik yang dapat menciptakan deformasi plastis (perubahan dimensi secara permanen). Ikatan interatomik secara signifkan terdistorsi hanya dalam daerah sekitar dislokasi garis yang cepat. Dislokasi juga membentuk deformasi elastic kecil kisi pada jarak yang jauh. Untuk menggambarkan ukuran dan arah distorsi kisi utama disebabkan oleh dislokasi, kita seharusnya memperkenalkan vector Burger b. Untuk menentukan vector burger , kita dapat membuat lintasan dari atom ke atom dan menghitung  masing-masing jarak antar atom dalam segala arah. Jika lintasan melingkupi dislokasi, lintasan tidak akan ditutup. Vektor yang menutup loop merupakan vector  Burger b.
Dislokasi dengan arah vector Burger tegak lurus dengan dislokasi disebut dislokasi tepi atau dislokasi edge. Ada tipe dislokasi kedua  yang disebut screw dislocation. Screw dislocation sejajar dengan arah Kristal yang dipindahkan atau yang digeser (vector Burger sejajar dengan dislokasi garis). Hampir seluruh dislokasi yang ditemukan pada Kristal bahan tidak terdiri daru edge dislocation saja atau screw dislocation saja tetapi terdiri dari campuran keduanya atau disebut mix dislocation.

https://ciripo.files.wordpress.com/2011/11/8.png?w=150&h=135https://ciripo.files.wordpress.com/2011/11/9.png?w=150&h=116
edge dislocation                        screw dislocation

       Gerak dislokasi mengikuti slip-deformasi plastis ketika ikatan interatomik patah dan terbentuk kembali. Sebenarnya, slip selalu terjadi melalui gerak dislokasi.

      https://ciripo.files.wordpress.com/2011/11/101.png?w=300&h=76

Lihatlah pada diagram diatas, kita akan mengerti mengapa dislokasi mengijinkan slip pada tekanan yang kecil yang diberikan pada Kristal yang sempurna. Jika setengah bagian atas Kristal di geser dan pada saat itu hanya fraksi kecil dari ikatan yang patah dan hal ini membutuhkan gaya yang cukup kecil. Pada proses pergeseran ini dislokasi terbentuk dan menyebar melalui Kristal. Penyebaran satu dislokasi melalui bidang menyebabkan setengah bidang atas tersebut bergerak terhadap bagian bawahnya tetapi kita tidak memecah semua ikatan pada tengah bidang secara simultan (dimana akan membutuhkan gaya yang sangat besar). Gerak dislokasi dapat dianalogikan dengan perpindahan ulat bulu. Ulat bulu harus mengadakan gaya yang besar untuk memindahkan seluruh tubuhnya pada waktu yang sama. Untuk itu bagian belakang tubuh akan bergerak ke depan sedikit dan membentuk punggung bukit. Punggung bukit lalu menyebar terus dan memindahkan ulat bulu. Cara yang sama digunakan untuk memindahkan karpet yang besar. Daripada memindahkan seluruhnya pada waktu yang bersamaan, kita dapat membuat punggung bukit pada karpet dan mendorongnya menyebarangi lantai.
Macam dislokasi:

a.)    Dislokasi Ulir
Terjadinya dislokasi ulir akibat gerakan garis dislokasi yang saling tegak lurus dengan tegangan geser.
https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEhYzvrB8B3MfZlQU4QTe4rBULsCvyLXyNjzZndDymNPap-xq9BYWfsiy22tFxtvJyaj1bawGKMZGKLAxZPQCK3OtOGk01o_ylnX9NIzJZZ9w1CKc15BBICI4-BUL_hD3L4b03N41gLTpRo/s1600/New+Picture+(4).png

b.)    Dislokasi Tepi
Terjadinya dislokasi tepi ini akibat tegangan geser (τ) searah dengan garis dislokasi.
https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEgnnySU18xO96nJu3E5s0kP9Exundm8o6YSVY51Dvf4FO3-6dPvGk9r_9W4QTM8kfeaL-u8Sjz1WE1oSKjP_7gD63oYVxecoT3gLLVldZu-NqZfGk0CePQeKbZPYDw5Nb6N01kSGEpmyTg/s1600/New+Picture+(5).png

c.)     Dislokasi Campuran
Di dalam material biasanya ditemukan gabungan antara edge dislocation dan screw diclocation yang biasa disebut dislokasi campuran.      Dislokasi dapat berpindah-pindah ataupun bergerak. Proses dimana deformasi plastis di-karenakan gerakan gerakan dislokasi yang berpindah-pindah tersebut biasanya dinamakan dengan SLIP.


Cacat Permukaan
Cacat permukaan akan memisahkan material tersebut atas beberapa bagian yang mana tiap-tiap bagian akan memiliki struktur kristal yang sama tetapi berbeda arah kristalnya. 
a.      Permukaan Material
Salah satu batas yang selalu ada adalah permukaan luar atau permukaan eksternal, dimana permukaan ada disetiap ujung Kristal. Di permukaan, atom tidak memiliki jumlah tetangga maksimum sehingga jumlah ikatanya lebih kecil dan memiliki keadaan energy yang lebih besar dari atom atom yang berada dibagian dalam. Ikatan atom pada permukaan Kristal yang tidak terikat memberikan energy permukaan yang diekspresikan dalam satuan energy persatuan luas permukaan (J/m2 atau org/cm2). Untuk mengurangi energy tersebut, suatu bahan cenderung untuk memperkecil permukaannya. Namun untuk zat padat hal ini sulit karena memiliki sifat yang kaku.
Ketidak-sempurnaan kristal dalam dua dimensi merupakan suatu batas, dimana batas yang nyata adalah permukaan luar. Permukaan dapat diilustrasikan sebagai batas struktur kristal sehingga kita dapat melihat bahwa koordinasi atom pada permukaan tidak sama dengan koordinasi atom dalam kristal. Dengan kata lain : Atom permukaan hanya mempunyai tetangga pada satu sisi saja, sehingga memiliki energi yang lebih tinggi dimana ikatannya menjadi kurang kuat. Karena atom-atom ini tidak seluruhnya dikekelingi oleh atom lainnya, maka energinya jadi lebih banyak dibandingkan dengan atom di dalamnya.
https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEjFc2OBh1k5cDIvSCc3em2TvxWgcmhjA0HSkfk9s9ILCCO1lHAz53lhzhCAk7Y4r7mPEhOmb-kacsB0WO8FK2gJ0I7KdyxE2wlKXTQMl9WNMC8AQmGQ6TZ97o3026VKz1tYJonymd3UIv4/s1600/New+Picture+(6).png
b.      Grain Boundaries
Jenis lain dari cacat interfacial adalah grain boundaries yaitu batas yang memisahkan dua grain kecil atau Kristal yang memiliki struktur Kristal yang berbeda dalam bahan polikristalin. Didalam daerah batas, dimana terdapat jarak cukup lebar diantara atom, terdapat beberapa atom yang hilang dalam transisi dari orientasi Kristal dalam satu grain ke grain yang berdekatan.
Bermacam-macam ketidak sejajaran kristalografi diantara grain yang berdekatan merupakan hal yang mungkin. Ketika orientasi yang tidak cocok ini diabaikan atau derajatnya kecil maka bentuk sudut kecil grain boundaries digunakan.Batas ini dapat digambarkan dalam bentuk susunan dislokasi. Salah satu contoh sederhana dari sudut kecil grain boundaries dibentuk ketika dislokasi tepi disejajarkan  seperti pada  gambar 1. Jenis ini disebut tilt boundaries atau batas kemiringan. Jika sudut kecil dibentuk dari susunan dislokasi screw maka disebut twist boundaries.
Atom-atom disekitar batas diikat dengan jumlah kurang dari yang diperlukan dan konsekuensinya terdapat energy grain boundary yang serupa dengan energy permukaan eksternal. Besarnya energy ini merupakan fungsi dari derajat misorientasi dan menjadi besar jika sudut batasnya besar. Grain boundaries sifat kimianya lebih reaktif dari grain-grain itu sendiri sebagai akibat dari kehadiran energy tersebut. Lebih jauh lagi atom-atom yang tidak murni terpisahkan secara khusus karena tingkat energinya yang lebih besar. Energi interfacial total material bergrain kasar lebih kecil daripada material bergrain halus karena pada grain kasar memiliki area batas grain total yang kecil. Jumlah grain meningkat dengan meningkatnya suhu untuk mengurangi energy total batas.
    https://ciripo.files.wordpress.com/2011/11/11.png?w=78&h=150
Kita dapat membedakan antara sudut batas grain kecil dan sudut batas grain besar. Hal ini mungkin untuk menjelaskan sudut batas kecil grain sebagai kesatuan dislokasi. Gambar disamping merupakan transmisi mikroskop electron dari kemiringan sudut batas grain kecil silicon. Garis merah menandakan dislokasi tepi atau edge dislocation dab garis biru mengindikasikan kemiringan sudut. Jenis lain dari cacat permukaan dalam kisi adalah stacking fault dimana rentetan bidang atom memiliki kesalahan.
Walaupun susunan atom tidak teratur dan ikatan yang seharusnya sangat kurang, material polikristalin sangat kuat. Gaya kohesif didalam dan sepanjang batas terbentuk. Lebih jauh, densitas  polikristalin sebenarnya serupa dengan Kristal tunggal pada bahan yang sama
https://ciripo.files.wordpress.com/2011/11/12.png?w=150&h=129
c.       Twin Boundaries
Twin boundaries atau batas kembar merupakan jenis khusus dari grain boundaries dimana terdapat cermin kisi yang simetri. Atom dalam satu sisi batas ditempatkan sebagai cermin atom pada sisi yang lainnya. Daerah diantara dua sisi tersebut terbentuk bidang twin. Batas kembar dihasilkan dari perpindahan atom yang diproduksi oleh gaya mekanik yang dikerjakan pada bahan (mechanic twin) dan juga terbentuk selama proses annealing panas yang mengikuti deformasi (annealing twins). Perkembaran terjadi pada bidang Kristal tertentu dan arah tertentu juga dan keduannya tergantung pada struktur Kristal. Annealing twin adalah tipe  yang ditemukan dalam metal yang berstruktur FCC dan mechanic twin dapat di observasi pada logam berstruktur BCC dan HCP.

Cacat Ruang
Cacat ruang adalah ketidaksempurnaan kristal pada seruang atom yaitu timbulnya rongga antara batas butir karena orientasi butir dan dapat dilihat secara langsung. Kehadiran volume defect di dalam materiaal biasanya memberikan suatu implikasi (misalnya terhadap sifat material) yang akan menyebabkan perubahan densitas material (terutama dengan adanya pori-pori ataupun fasa kedua pada material). Cacat ruang pada material dapat berupa : crack (retak)/pori-pori, inklusi, presipitat, fasa kedua, porositas , retak dan rongga.



Solusi Cacat Material
Cacat material dapat diatasi dengan perlakuan panas sampai mencapai temperatur rekristalisasi. Temperatur rekristalisasi dalah temperatur di mana mulai terjadinya atau munculnya kristal - kristal baru. Temperatur rekristalisasi ini dipengaruhi beberapa faktor, seperti derajat deformasi, ukuran butir dan kemurnian unsur kimia dalam logam sehingga temperatur rekristalisasi tiap material berbeda – beda.Berikut adalah data mengenai temperatur rekristalisasi pada beberapa unsur logam :

https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEgfNa5SBI8Bi8O3Ld90N3KSRz-TzzGgPYGa83792RnYo6ssjrxdDSMTk4JqrToYtgf95TcBJiK3EwS0VAKEF71uL47LWO7k2PcXHUj4oJLWR_Fee_J74fnpDYY-F6oy1LdOW0jS65wnEDo/s1600/New+Picture+(8).png
Adapun contoh dari perlakuan panas yang dapat di pergunakan untuk mengatasi masalah cacat material seperti, anneliing(pelunakan), Normalizing (menormalkan), hardening(pengerasan), dan quenching(pencelupan).


Tujuan dari proses analisa cacat struktur material
            Tujuan dari melakukan proses analisa cacat struktur material antaralain adalah sebagai berikut :
-mengetahui struktur material bahan.
-mengetahui letak cacat pada material.
-memilih bahan yang tepat untuk sebuah komponen.
-membuat material dengan kegunaan yang lebih bermanfaat.
-mengetahui komponen penyusun material.
-mengetahui butiran penyusun material.



Manfaat Cacat Kristal
Cacat pada Kristal dapat mengubah sifat listrik dan mekanik bahan. Kekosongan pada Kristal dapat mengubah sifat listrik bahan. Sebagai contoh, kita memanfaatkan kekosongan pada Kristal silicon untuk pendopingan oleh phospor sehingga terbentuk semikonduktor tipe n. Selain itu cacat Kristal seperti kekosongan, dislokasi, dan boundaries dapat meingubah sifat mekanik bahan. Grain Boundaries dapat menghambat difusi atom dan gerak dislokasi sehingga deformasi bahan sulit terjadi. Semakin kecil grain, semakin kuat bahan tersebut.

Cara pengujian cacat material

Uji Mikroskopik                 
Dalam pengujian struktur mikro ini, material difoto menggunakan mikroskop optik cahaya perbesaran. Kemudian hasil uji dipakai untuk mengetahui wujud fasa sruktur mikro material pada daerah permukaan tepi sampai daerah kedalaman mendekati inti. Data pengujian menunjukkan daerah permukaan material dari tepi sampai daerah kedalaman memiliki sebaran fasa struktur mikro yang berbeda. Hasil pengambilan gambar pada daerah permukaan tepi sampai kedalaman mendekati inti terlihat sebaran mikro struktur dari material yang diuji.
Uji Kimia
1.      Macam – macam Uji Kimia
Ada 3 macam uji kimia yang bias dilakukan pada suatu material, yaitu:
–          Uji Analitis
–          Uji Kekaratan
–          Uji Penentuan Kadar Air
2.      Tujuan Uji Kimia
Analisa kimia dilakukan dengan menggunakan metode OES (Optical Emission Spectrometer). Tujuan dari pengujian komposisi kimia adalah untuk mengetahui apakah komposisi material sesuai dengan standar material.
Metode utama Non Destructive Testing meliputi:
Visual Inspection
Sering kali metode ini merupakan langkah yang pertama kali diambil dalam NDT. Metode ini bertujuan menemukan cacat atau retak permukaan dan korosi. Dalam hal ini tentu saja adalah retak yang dapat terlihat oleh mata telanjang atau dengan bantuan lensa pembesar ataupun boroskop.
Liquid Penetrant Test
Metode Liquid Penetrant Test merupakan metode NDT yang paling sederhana. Metode ini digunakan untuk menemukan cacat di permukaan terbuka dari komponen solid, baik logam maupun non logam, seperti keramik dan plastik fiber. Melalui metode ini, cacat pada material akan terlihat lebih jelas. Caranya adalah dengan memberikan cairan berwarna terang pada permukaan yang diinspeksi. Cairan ini harus memiliki daya penetrasi yang baik dan viskousitas yang rendah agar dapat masuk pada cacat dipermukaan material. Selanjutnya, penetrant yang tersisa di permukaan material disingkirkan. Cacat akan nampak jelas jika perbedaan warna penetrant dengan latar belakang cukup kontras. Seusai inspeksi, penetrant yang tertinggal dibersihkan dengan penerapan developer.
Kelemahan dari metode ini antara lain adalah bahwa metode ini hanya bisa diterapkan pada permukaan terbuka. Metode ini tidak dapat diterapkan pada komponen dengan permukaan kasar, berpelapis, atau berpori.
Magnetic Particle Inspection
Dengan menggunakan metode ini, cacat permukaan (surface) dan bawah permukaan (subsurface) suatu komponen dari bahan ferromagnetik dapat diketahui. Prinsipnya adalah dengan memagnetisasi bahan yang akan diuji. Adanya cacat yang tegak lurus arah medan magnet akan menyebabkan kebocoran medan magnet. Kebocoran medan magnet ini mengindikasikan adanya cacat pada material. Cara yang digunakan untuk memdeteksi adanya kebocoran medan magnet adalah dengan menaburkan partikel magnetik dipermukaan. Partikel-partikel tersebuat akan berkumpul pada daerah kebocoran medan magnet.
Kelemahannya, metode ini hanya bisa diterapkan untuk material ferromagnetik. Selain itu, medan magnet yang dibangkitkan harus tegak lurus atau memotong daerah retak serta diperlukan demagnetisasi di akhir inspeksi.
Eddy Current Test
Inspeksi ini memanfaatkan prinsip elektromagnet. Prinsipnya, arus listrik dialirkan pada kumparan untuk membangkitkan medan magnet didalamnya. Jika medan magnet ini dikenakan pada benda logam yang akan diinspeksi, maka akan terbangkit arus Eddy. Arus Eddy kemudian menginduksi adanya medan magnet. Medan magnet pada benda akan berinteraksi dengan medan magnet pada kumparan dan mengubah impedansi bila ada cacat.
Keterbatasan dari metode ini yaitu hanya dapat diterapkan pada permukaan yang dapat dijangkau. Selain itu metode ini juga hanya diterapkan pada bahan logam saja.
Ultrasonic Inspection
Prinsip yang digunakan adalah prinsip gelombang suara. Gelombang suara yang dirambatkan pada spesimen uji dan sinyal yang ditransmisi atau dipantulkan diamati dan interpretasikan. Gelombang ultrasonic yang digunakan memiliki frekuensi 0.5 – 20 MHz. Gelombang suara akan terpengaruh jika ada void, retak, atau delaminasi pada material. Gelombang ultrasinic ini dibnagkitkan oleh tranducer dari bahan piezoelektri yang dapat menubah energi listrik menjadi energi getaran mekanik kemudian menjadi energi listrik lagi.
Radiographic Inspection
Metode NDT ini dapat untuk menemukan cacat pada material dengan menggunakan sinar X dan sinar gamma. Prinsipnya, sinar X dipancarkan menembus material yang diperiksa. Saat menembus objek, sebagian sinar akan diserap sehingga intensitasnya berkurang. Intensitas akhir kemudaian direkam pada film yang sensitif. Jika ada cacat pada material maka intensitas yang terekam pada film tentu akan bervariasi. Hasil rekaman pada film ini lah yang akan memeprlihatkan bagian material yang mengalami cacat.
Dan adapun jika kita melakukn pengecoran kita juga dapat menjumpai beberapa cacat struktur material . Pada coran terdapat terjadi berbagai macam cacat tergantung pada bagaimana keadaanya, sedangkan cacat-cacat tersebut boleh dikatakan jarang berbeda menkurut bahan dan macam coran. Banyak cacat ditemukan dalam coran secara biasa. Seandainya sebab-sebab dari  cacat-cacat tersebut diketahui, maka pencegahan terjadinya cacat dapat dilakukan.
Memproduksi coran harus melalui banyak proses, dan dalam proses tersebut banyak faktor-faktor yang menyebabkan terjadinya cacat, sehingga sukar untuk meyakinkan sebab-sebab dari cacat tersebut. Dalam hal ini banyak pengalaman teknik yang diperlukan untuk meyakinkan sebab-sebabnya. Untuk itu teknik dan proses perlu di standardkan sebelumnya, kemudian perlu menemukan hubungan antara cacat dan standard tersebut. Sebab-sebab cacat diamati dengan mempelajari apakah ada perbedaan antara Praktek dan standard. Dalam hal ini kalau perlu dapat dilaksanakan percobaan yang direncanakan. Faktor-faktor pentng dari cacat coran dan pencegahannya diuraikan sebagai berikut.

Faktor- Faktor yang Mempengaruhi Cacat pada Coran
Proses pengecoran dilakukan dengan beberapa tahapan mulai dari pembuatan cetakan, proses peleburan, penuangan dan pembongkaran. Untuk menghasilkan coran yang baik maka semuanya harus direncanakan dan dilakukan dengan sebaik-baiknya. Namun hasil coran sering terjadi ketidak sempurnaan atau cacat. Cacat yang terjadi pada coran dipengaruhi oleh bebrapa factor yaitu :
1. Desain pengecoran dan pola
2. Pasir cetak dan desain cetakan dan inti
3. Komposisi muatan logam
4. Proses peleburan dan penuangan
5. Sistim saluran masuk dan penambah.

Macam-macam Cacat Coran
Komisi pengecoran internasional telah membuat penggolongan cacat-cacat coran dan dibagi menjadi 9 macam, yaitu :
1. Ekor tikus tak menentu atau kekasaran yang meluas
2. Lubang-lubang
3. Retakan
4. Permukaan kasar
5. Salah alir
6. Kesalahan ukuran
7. Inklusi dan struktur tak seragam
8. Deformasi
9. Cacat-cacat tak nampak

1.      Cacat ekor tikus tak menentu atau kekasaran yang meluas.
Cacat ekor tikus merupakan cacat dibagian luar yang dapat dilihat dengan mata. Bentuk cacat ini mirip seperti ekor tikus, yang diakibatkan dari pasir permukaan cetakan yang mengembang dan logam masuk kepermukaan tersebut. Kekasaran yang meluas merupakan cacat pada permukaan yang diakibatkan oleh pasir cetak yang tererosi.

Penyebab cacat ekor tikus atau kekasaran yang meluas disebabkan oleh :
1.            Kecepatan penuangan terlalu lambat
2.            Temperatur penuangan terlalu tinggi
3.            Ketahanan panas pasir cetak rendah
4.            Terjadi pemanasan setempat akibat letak saluran turun yang salah
5.            Pasir cetak banyak mengandung unsure kental atau lumpur
6.            Perbaikan cetakan yang tidak sempurna
7.            Pelapisan cetakan yang terlalu tebal
8.            Kepadatan cetakan pasir yang kurang
9.            Lubang angin pada cetakan kurang

Untuk mencegah timbulnya cacat di atas dapat dilakukan dengan merencanakan pembuatan cetakan, peleburan dan penuangan yang baik.
Langkah-langkah yang dapat dilakukan adalah :
1.            Menggunakan pasir cetak yang berkualitas, tahan panas dan tidak benyak mengandung unsur lumpur,
2.            Pembuatan cetakan yang teliti baik pemadatan yang cukup, lubang angin yang cukup dan pelapisan tipis yang merata,
3.            Membuat saluran turun yang tepat, sesuai bentuk coran,
4.            Mengecek temperature logam sebelum penuangan, tempertur tuang harus sesuai yang disyaratkan,
5.            Melakukan penuangan dengan kecepatan yang cukup dan kontinyu.








2.      Cacat lubang-lubang
Cacat lubang-lubang memiliki bentuk dan akibat yang beragam. Bentuk cacat lubang-lubang dapat dibedakan menjadi :
a. Rongga udara,
b. Lubang jarum,
c. Rongga gas oleh cil,
d. Penyusutan dalam,
e. Penyusutan luar, dan
f. Rongga penyusutan Bentuk.
Bentuk , penyebab dan pencegahan cacat lubang-lubang dapat dilihat pada table 11.2.2 berikut.

Tabel 7.2.2 Cacat lubang-lubang penyebab dan pencegahan
Bentuk Cacat Lubang
Penyebab
Pencegahan
a.      Rongga udara
·         Logam cair teroksidasi
·         Saluran cerat dan ladel tidak cukup kering
·         Temperatur penuangan terlalu rendah
·         Penuangan terlalu lambat
·         Cetakan kurang kering
·         Permeabilitas pasir cetak kurang sempurna
·         Terlalu banyak yang keluar dari cetakan
·         Lubang angin kurang memadai
·         Tekanan di atas terlalu rendah
•Diusahakan pada saat pencairan alas kokas dijaga agar logam tidak berada di daerah oksidasi.
•Temperature tuang logam sebelum penuangan, dipastikan sudah sesuai dan penuangan dengan cepat.
•Pembuatan cetakan yang teliti baik permeabilitas, pemadatan yang cukup, lubang angin yang cukup
•Diusahakan tekanan di atas dibuat tinggi
b.      Lubng jarum
c.      Penyusutan dalam

·         Logam cair teroksidasi
·         Temperatur penuangan terlalu rendah
·          Bahan muatan logam banyak kotoran dan berkarat
·         Perencanaan dan peletakan penambah tidak sempurna
·         Tinggi penambah terlalu rendah
·         Cetakan membengkak
·         Cetakan pasir membentuk sudut-sudut tajam
·         Radius coran yang terlalu kecil
·         Pengisian yang sulit dari penambah karena perubahan yang mendadak
·         Diusahakan pada saat pencairan alas kokas dijaga agar logam tidak berada di daerah oksidasi.

·         Temperature tuang logam sebelum penuangan, dipastikan sudah sesuai dan penuangan dengan cepat.

·         Perencanaan dan peletakan penambah yang teliti.

·         Menghilangkan sudut-sudut tajam pada cetaan


·         Mendsain coran dengan radius yang

·         Merencanakan sisitim saluran yang teliti
d.     Penyusutan luar
e.       Rongga penyusutan

f.       Rongga gas kecil karena cil
·         Penguapan bahan cil
·         Bahan cil berkarat
·         Permukaan cil mengembun
·         Menggunakan bahan cil yang tidak menguap
·         Menghilangkan karat pada bahan cil
·         Memastikan permukaan cil betul-betul kering sebelum penuanga

3.      Cacat Retakan
Cacat retakan dapat disebabkan oleh penyusutan atau akibat tegangan sisa. Keduanya dikarenakan proses pendingan yang tidak seimbang selama pembekuan.
Penyebab cacat retakan adalah :
1.            Perencanaan coran yang tidak memperhitungkan proses pembekuan, seperti perbedaan tebal dinding coran yang tidak seragam
2.            Pemuaian cetakan, dan inti menahan pemuaian dari coran.
3.            Ukuran saluran turun da penambah yang tidak memadahi.


Upaya untuk mencegah cacat retakan adalah sebagai berikut:
1.            Menyeragamkan proses pembekuan logam dengan memanfaatkan cil.
2.            Pengisian logam cair dari beberapa tempat
3.            Waktu penuangan harus sesingkat mungkin
4.            Menghindakan coran yang memiliki sudut-sudut tajam
5.            Menghindarkan perubahan mendadak pada dinding coran.

4.      Cacat Permukaan Kasar
Cacat permukaan kasar menghasilkan coran yang permukaannya kasar. Cacat ini dikarenakan oleh beberapa factor seperti : cetakan rontok, kup terdorong ke atas, pelekat, penyinteran dan penetrasi logam. Bentuk, penyebab dan pencegahan cacat permukaan kasar dapat dilihat pada table 11.2.4

Tabel 11.2.4 Bentuk, penyebab dan pencegahan cacat permukaan kasar
Bentuk cacat permukaan kasar
Penyebab
Pencegahan
a.       Cetakan rontok
·         Bagian cetakan yang lemah runtuh
·         Cetakan runtuh.saat penarikan pola
·         Kemiringan pola tidak cukup
·         Cetakan kurang padat Kekuatan pasir cetak kurang
·         Cermat dan teliti saat pembuatan cetakan
b.      Kup terdorong ke atas
·         Bagian yang cembung dari cetakan rontok dan pecahan pasir jatuh dalam cetakan
·         Kedua permukaan pisah harus rata dan betul-betul rapat
·         Pemeriksaan bagian dalam cetakan sebelum penuangan
c.       Pelekat
·         Pasir melekat pada pola
·         Pasir panas, kadar air dan lempung yang kurang
·         Pemdatan cetakan yang tidak memadahi
·         Bubuk pemisah yang tidak baik
·          Kemiringan pola tidak cukup
·         Getaran yang kurang saat penarikan pola
·         Cetakan tidak diperbaiki saat pasir cetak melekat pada pola saat ditarik
·         Pasir harus cukup dingin
·         Pola logam harus dipanaskan mula
·         Menggunakan pasir yang kekuatannya cukup
·         Menggunakan bubuk pemisah yang baik
·         Kemiringan pola harus sesuai
·         Menarik pola dengan getaran yang cukup.
·         Memperbaiki cetakan yang tidak sempurna
d.      Penyinteran
·         Logam cair memiliki tegangan permukaan yang kecil
·         Logam cair memiliki tekanan static dan dinamik yang berlebihan
·         Temperatur tuang yang terlalu tinggi
·         Pasir terlalu kasar
·         Pemadatan pasir kurang
·         Bahan pengikat terlalu banyak
·         Tahanan panas pasir kurang
·         Menggunakan pasir yang tahanan panasnya tinggi
·         Oksida besi harus dicampur baik ke dalam pasir
·         Pemadatan pasir harus cukup
·         Menggunakan distribusi kekasaran pasir yang sesuai.
e.       Penetrasi logam
·         Logam cair memiliki tekanan static dan dinamik yang berlebihan
·         Pemadatan pasir kurang
·         Tahanan panas pasir kurang
·         Menggunakan pasir yang tahanan panasnya tinggi
·         Pemadatan pasir harus cukup
·         Memperhitungkan tumbukan aliran logam

5.      Cacat salah alir
Cacat salah alir dikarenakan logam cair tidak cukup mengisi rongga cetakan. Umumnya terjadi penyumbatan akibat logam cair terburu membeku sebelum mengisi rongga cetak secara keseluruhan.

Penyebab cacat salah alir yaitu :
1.            Coran terlalu tipis
2.            Temperature penuangan terlalu rendah
3.            Laju penuangan terlalu lambat
4.            Aliran logam cair tidak seragam akibat sistim saluran yang jelek.
5.            Lubang angin pada cetakan kurang
6.            Sistim penambah yang tidak sempurna

Pencegahannya adalah sebagai berikut :
1.            Temperatur tuang harus cukup tinggi
2.            Kecepatan penuangan harus cukup tinggi
3.            Perencanaan sistim saluran yang baik
4.            Lubang angin harus ditambah
5.            Menyempurnakan sistim penambah

6.      Cacat kesalahan ukuran
Cacat kesalahan ukuran terjdi akibat kesalahan dalam pembuatan pola. Pola yang dbuat untuk memeuat cetaka ukuranya tidak sesuai dengan ukuran coran yang diharapkan. Selain itu kesalahan ukuran dapat terjadi akibat cetakan yang mengembang atau penyusutan logam yang tinggi saat pembekuan. Pencegahn kesalah ukuran adalah membuat pola dengan teliti dan cermat. Menjaga cetakan tidak mengembang dan memperhitungkan penyusutan logam dengan cermat, sehingga penambahan ukuran pola sesuai dengan penyuutan logam yang terjadi saat pembekuan.


7.      Cacat Inklusi dan struktur tak seragam
Cacat inklusi terjadi karena masuknya terak atau bahan bukan logam ke dalam cairan logam akibat reaksi kimia selama peleburan, penuangan atau pembekuan. Cacat struktur tidak seragam akan membentuk sebagian struktur coran berupa struktur cil. Bentuk, penyebab dan pencegahan cacat inklusi dan struktur tidak seragam dapat dilihat pada table 11.3.

Tabel 7.2.7. Bentuk, penyebab dan pencegahan cacat iklusi dan struktur tidak seragam
Bentuk cacat permukaan kasar
Penyebab
Pencegahan
a.      Inklusi terak
·         Logam cair teroksidasi
·         Penyingkiran terak belum bersih
·         Perencanaan saluran turun tidak sempurna
·         Waktu penuangan yang terlalu lama
·         Menjaga logam cair tidak teroksidasi
·         Penyingkiran terak sampai bersih
·         Perencanaan saluran tuang yang cermat dan teliti
b.      Inklusi pasir
·         Tahanan panas yan rendah dari bahan pelapis ladel
·         Permukaan cetakan yang lemah
·         Ketahanan panas pasir cetak kurang
·         Pembersihan yang kurang pada rongga cetak
·         Menggunakan bahan pelapis ladel yang tahan panasnya baik
·         Pembersihan bagian dalam cetakan sebelum penuangan
·         Menggunakan pasir yang tahanan panasnya tinggi
·         Pemadatan pasir harus cukup
c.       Cil
·         Komposisi logam tidak memadahi
·         Pendinginan yang cepat
·         Kadar karbon dan silicon yang rendah
·         Logam cair mendapat panas lanjut
·         Menentukan komposisi logam yang tepat

·         Pendinginan perlahan-lahan


·         Kadar karbon dan silicon harus cukup

·         Mencegah panas lanjut
d.      Cil terbalik
·         Kelebihan kadar belerang
·         Kadar mangan kurang
·         Mengurangi kadar belerang
·         Menambah kadar mangan

8.      Deformasi Cacat
Deformasi dikarenakan perubahan bentuk coran selama pembekuan akibat gaya yang timbul selama penuangan dan pembekuan. Bentuk, penyebab dan pencegahan cacat deformasi dapat dilihat pada table 11.4

Tabel 7,2.8 Bentuk, penyebab dan pencegahan cacat deformasi
Bentuk cacat permukaan kasar
Penyebab
Pencegahan
a.       Membengkak
·         Kekuatan tekan pasir cetak kurang
·         Pemadatan pasir cetak tidak seragam
·         Meningkatkan kekuatan tekan pasir cetak
·         Pemadatan pasir cetak dibuat seragam
b.      Pergeseran
·         Pergeseran titik tengah pola
·         Pergeseran pena dan kotak inti
·         Pergeseran titik tengah cetakan
·         Pergeseran setelah pemasangan cetakan
·         Cermat dan teliti pada saat pembuatan cetakan
·         Cermat dan telti pada saat pemasangan inti.
·         Cermat pada saat pemasangan kup dan drag.
c.       Perpindahan inti
·         Inti terapung
·         Penahan inti tidak kuat
·         Telapak inti diperkuat
·         Menggunakan penyangga pada pemasangan inti
d.      Pelenturan
·         Perbedaan tegangan selama pendinginan dan penyusutan
·         Memperhitungkan bentuk coran dengan cermat

9.      Cacat-cacat tak tampak
Cacat-cacat tak tampak merupakan cacat coran yang tidak dapat dilihat oleh mata. Cacat-cacat ini berada dalam coran sehingga tidak kelihatan dari permukaan coran. Salah satu bentuk cacat tak tampak adalah cacat struktur butir terbuka. Cacat ini akan membentuk seperti pori-pori dan kelihatan setelah dikerjakandengan mesin. Bentuk cacat struktur butir terbuka dapat dilihat pada gambar









BAB IV
PENUTUP
1.Kesimpulan
          Analisa cacat pada struktur material adalah suatu analisa yang bertujan untuk mengetahui suatu cacat yang ada pada suatu material. Biasanya dengan metode mikroskopik maupun metode kimia. Tetapi setelah diketahuinya cacat struktur material yang ada pada material tersebut kita dapat memperbaiki bahkan membuat material tersebut menjadi lebih baik. Ada bermacam jenis cacat yang mungkin dimiliki oleh material, seperti cacat titik, cacat garis dan cacat ruang. Jenis jenis cacat itulah yang dapat membantu memperbaiki struktur pada material. Sesunguhnya pada setiap material pasti ada cacat struktur yang dimiliki material tersebut. Yang sering dimiliki oleh suatu material adalah cacat titik. Cacat ini berukuran mikro jadi tidakdapat dilihat kasat mata, beda dengan keretakan yang cenderung bersifat makro atau dapat dilihat dengan jelas. Biasanya juga dalam cacat titik inilah kita memodivikasi sebuah kelemahan.
Selain itu cacat kristal juga dapat mengubah sifat listrik dan mekanik bahan. Kekosongan pada Kristal dapat mengubah sifat listrik bahan. Sebagai contoh, kita memanfaatkan kekosongan pada Kristal silicon untuk pendopingan oleh phospor sehingga terbentuk semikonduktor tipe n. Selain itu cacat Kristal seperti kekosongan, dislokasi, dan boundaries dapat meingubah sifat mekanik bahan. Grain Boundaries dapat menghambat difusi atom dan gerak dislokasi sehingga deformasi bahan sulit terjadi. Semakin kecil grain, semakin kuat bahan tersebut.







DAFTAR PUSTAKA
Arnoldus.2014.descrutive test. Wordpress: https://arnolduspalamba937.wordpress.com/2014/11/14/destructive-test-non-destructive-test/ (8 Desember2015, jam 09.17 WIB)
Dian.2012.Dislokasi.Wordpress: http://dhianmilanisty.blogspot.com/2012/10/dislokasi.html#axzz2uXKZCyba (6 Desember 2015 23.30 WIB)
Fitransyah.2013.perlakuan panas ( Heat treatment ) Wordpress: http://fitransyah.wordpress.com/2013/10/28/perlakuan-panas-heat-treatment/ (8 Desember 2015 09.20 WIB)
M.Chairil.2014.teori dasar material. Wordpress:
Rezafadhil.2014.cacat material. Wordpress:

Masfuatin.2014.Pencegahan cacat coran. Wordpress:
http://iklanmojok.blogspot.co.id/2014/10/pencegahan-cacat-coran.html (9 Desember 2015, Jam 13.30 WIB)


Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Designed By